Jika anda bercita-cita menjadi seorang penerbang anda patut membaca artikel berikut ini.
Dimulai dengan anggapan salah
bahwa cara mendarat yang hebat adalah mendarat yang mulus. Anggapan ini
berkembang sehingga semua penerbang yang melakukan pendaratan yang tidak terasa
"mulus" dianggap pilot yang "bodoh".
Flare
Selain kecepatan horisontal
seperti di mobil atau motor, sebuah pesawat memiliki kecepatan vertikal pada
waktu turun ke landasan. Di pesawat jet penumpang, kecepatannya sekitar 700
kaki per menit. Pada waktu akan menyentuh landasan, penerbang akan melakukan
manuver flare. Manuver ini adalah mengurangi kecepatan vertikal pesawat.
Menurut pengalaman penulis, kecepatan yang dianggap cukup nyaman adalah di
bawah 200 kaki per menit pada waktu menyentuh landasan. Kecepatan sekitar 200
kaki per menit ini mungkin tidak terlalu mulus dan lembut tapi tidak
kasar."
Ada video tentang sebuah pesawat
yang sedang mendarat dan memantul kembali sampai lalu akhirnya mendarat. Ada
seorang anggota grup facebook bertanya apakah pendaratan itu termasuk “hard landing”
atau “positive landing”? Videonya bisa dilihat di link ini:;"https://www.youtube.com/watch?v=5x85YYLuCY4"
Di kalangan penggemar dan praktisi
penerbangan, mendarat mulus atau smooth landing pada waktu flare, juga sering
disebut dengan istilah "kiss landing" karena seolah dengan lembut
mencium landasan. Mendarat mulus dan lembut ini tidak sepenuhnya aman. Pada
pendaratan mulus seperti ini ada resiko roda tidak benar-benar menjejak di
landasan. Berat pesawat masih ada di sayap yang masih melayang dan rodanya
masih sebagian menggantung di udara. Pada saat ini rem tidak bisa bekerja
secara efektif dan efisien. Akibatnya pesawat bisa meluncur keluar dari
landasan jika panjang landasan tidak cukup.
Cara paling aman mendarat dikenal
dengan nama positive landing atau firm landing. Dengan cara ini kalau anda ada
di pesawat sebagai penumpang anda bisa merasa seperti menjatuhkan bokong anda
ke kursi. Jadi mendaratnya tidak terlalu lembut. Dengan cara ini, roda
langsung menyentuh landasan, rem bekerja dengan efektif dan pesawat berhenti
dengan cepat.
Semua penerbang yang sadar akan
keselamatan selalu melakukan firm landing atau positive landing. Sayangnya
dengan kondisi cuaca yang kadang tidak ideal, firm landing ini terasa keras
oleh penumpang. Kadang kita dengar penumpang mengeluh, "landingnya
gedubrak".
Hard landings
Banyak penumpang yang beranggapan pilotnya
tidak pandai mendarat jika melakukan firm landing. Bahkan ada yang menuduh
penerbang ini telah melakukan hard landing alias gedubrak landing.Padahal
definisi hard landing di pesawat udara tidak bisa ditentukan oleh perasaan. Di
pesawat udara penumpang komersial biasanya ada sensor yang mendeteksi besarnya
gaya yang diterima pesawat pada waktu mendarat. Satuan yang digunakan adalah g.
Satuan akselerasi gaya gravitasi. Seorang muda yang normal dan sehat
biasanya bisa menerima tekanan sampai 5 g.
Pesawat udara komersial telah
dirancang untuk tahan menerima beberapa g. Dalam keadaan normal pesawat
biasanya dirancang untuk bisa bermanuver sampai 2,5g.
Definisi dari “hard landing”
kemudian memakai satuan g untuk menentukan apakah pesawat mengalami kerusakan
atau tidak.
Pesawat latih Cessna 172 di dalam
buku manualnya tertulis bahwa resminya pesawat bisa menahan sampai 4,4g. Sebuah
catatan di bawahnya tertulis, bahwa pesawat ini dirancang mampu menahan 150%
dari maksimum. Artinya pada waktu baru keluar dari pabrik, pesawat ini mempu
menahan 150% dari 4,4g. Lebih dari itu, struktur pesawat akan rusak.
Kalau melihat kemampuan manusia
normal sehat yang hanya mampu menahan 5g sebelum pingsan maka sebenarnya
pesawat dirancang untuk bertahan dengan kuat melebihi kelenturan tubuh manusia.
Jadi bagaimana menentukan apakah
waktu pesawat mengalami hard landing sudah melampaui kekuatannya atau belum?
Seperti sudah diuraikan
sebelumnya, pesawat komersial modern memiliki sensor yang bisa mendeteksi jika
kemampuan pesawat sudah terlampaui. Jika benturan di landasan melampaui nilai
tertentu, maka pesawat harus diperiksa strukturnya oleh teknisi. Sebagai contoh,
menurut majalah Safety Digest edisi Agustus 2004, pesawat Airbus A340-300
mempunyai ambang batas akselerasi vertikal sekitar 1,75g, sedangkan Boeing 747
sekitar 1,8g dan Boeing 737 sekitar 2,2g.
Apabila nilai akselerasi vertikal
ini terlampaui jauh melewati ambang batas dan mencapai nilai maksimum maka pesawat
tidak bisa digunakan lagi.
Sebuah Airbus A320 mempunyai
batas maksimum sekitar 2,86g untuk bisa dimasukkan kategori “severe hard
landing” menurut pabriknya.
Kalau di pesawat yang tidak
memiliki sensor hard landing maka penerbangnya lah yang merasakan apakah
pendaratannya terasa seperti “hard landing” atau tidak. Jika penerbang curiga
pendaratannya hard landing maka dia akan memberi tahu teknisi. Teknisi kemudian
akan memeriksa apakah ada kerusakan struktur di pesawat tersebut. Teknisi akan
menentukan apakah pesawat perlu perbaikan atau tidak atau bahkan pesawat sudah
tidak bisa dipakai lagi.
BOUNCED LANDING
Pesawat mendarat dan memantul
kembali ke udara disebut bounced landing. Bounced landing belum tentu hard
landing. Ada kasus di mana memang pesawatnya memantul kembali karena pendaratan
yang terlalu keras. Kasus lain, pada waktu melakukan “flare”, mungkin
penerbang mengangkat pesawatnya terlalu tinggi “high flare” sehingga pada waktu
menyentuh landasan pesawatnya naik lagi. Ini juga disebut bounce.
Dari kedua kasus di atas, yang
pertama mengalami hard landing dan yang kedua hanya soft bounce alias memantul
dengan halus. Kasus lain seperti hard landing dengan kombinasi high flare juga
mungkin terjadi. Jadi, kita tidak
bisa menjawab pertanyaan tentang video di atas dengan hanya melihat videonya. Bounced
landing belum tentu hard landing. Bahkan belum tentu positive landing atau firm
landing. Mungkin bounce nya terjadi dengan halus smooth.
******
Semua tulisan di site ini hanyalah
untuk belajar dan meningkatkan ketrampilan personel penerbangan dan menambah
wawasan masyarakat umum. Jika ada perbedaan dengan dokumen resmi dari otoritas
yang berwenang dan pabrik pesawat, maka dokumen resmilah yang berlaku
0 comments:
Post a Comment